• Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit
  • eLKID Wadi Mubarok: Cetak Hafidz Yang Bersanad

    Monday, September 26, 2011
    Sejauh mata memandang, terlihat bangunan dengan arsitektur yang elegan, indah, dan sedikit terlihat mewah, mirip dengan bangunan vila yang sama-sama terletak di kawasan sejuk di daerah Mega Mendung, Puncak, Bogor. Di sanalah terdapat Lembaga Kaderisasi Imam dan Da’i (eLKID) Wadi Mubarok, yang mencetak para penghafal al-Qur’an.
    Ketika itu, para santri sedang shalat Asar berjamaah di Masjid—yang sekaligus berfungsi sebagai sentral pendidikan. Usai shalat, mereka menyimak dan mencatat semua arahan dan nasihat dari Ustad Didik Hariyanto, Lc., pengasuh Pesantren eLKID, yang juga alumni pesantren Al-Amin Prenduan, Madura, tahun 1995.
    Layaknya sebuah vila yang sejuk dan indah, berbagai fasilitas mewah dirasakan ratusan santri di sini. Memang, pesantren ini sengaja dibangun di daerah yang sejuk dan nyaman, agar para santri mampu berkonsentrasi penuh untuk menghafal dan mendalami al-Qur’an. “Kata orang, ini bukan pesantren, tapi vila berbintang lima,” ujar Pria kelahiran Sumenep, 3 Juli 1977 ini.
    Pada tahun 2008, Pesantren eLKID didirikan di atas lahan seluas 8 hektar. Dengan tujuan, melahirkan imam-imam masjid yang hafidz dan tafaqquh fid din. Oleh karena itu, para santri tidak hanya dituntut untuk menghafal al-Qur’an, tapi juga mempelajari ilmu syariah dan kewirausahaan, agar kelak bisa mandiri dan menjadi penuntun umat.
    Adapun syarat santri yang akan mendaftar antara lain, minimal lulusan SMA/sederajat, memiliki kemampuan bahasa Arab, dan bisa membaca al-Qur’an. Sedangkan jenjang pendidikannya ditempuh selama tiga tahun. Pada tahun pertama, santri wajib menghafal al-Qur’an 30 juz. Kemudian belajar tentang ilmu syariah di tahun kedua.
    Santri baru dikatakan lulus, jika telah menghafal al-Qur’an dan menyelesaikan pelajaran ilmu syariah. Kemudian, pada tahun ketiga, santri bisa terjun ke tengah masyarakat. “Kita ingin mereka kembali dengan membawa ilmu agama, sehingga bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Alumni Universitas Islam Madinah tahun 2002.
    Di samping itu, pesantren ini telah menjalin kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi di Indonesia, sehingga para santri akan mendapatkan dua ijazah sekaligus, yaitu gelar S1 dan ijazah al-Qur’an. Bagi alumni yang berminat melanjutkan ke luar negeri, pesantren memiliki program beasiswa di Kulliyatul Ulya Lil Qur’an, San’a Yaman, Universitas Islam Madinah, dan Universitas al-Azhar Mesir.
    Meskipun baru tiga tahun berdiri, pesantren ini telah mampu menyedot perhatian banyak santri—baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Saat ini, komposisi santri sudah majemuk. Ada yang berasal dari daerah-daerah di pelosok Indonesia, dan ada beberapa santri dari Cina dan Thailand.
    Bahkan, beberapa lembaga pendidikan dan organisasi Islam dari luar negeri juga datang untuk mengadopsi sistem pendidikan yang diterapkan di eLKID. “Kita pernah kedatangan tamu dari Universitas Yala Thailand dan Badan Lembaga Penghafal al-Qur’an se-Thailand, untuk mengadopsi kurikulum pendidikan,” paparnya.

    Program Tahfidz 1 Tahun
    Kelebihan eLKID Wadi Mubarok dibandingkan dengan pesantren lainnya terletak pada program tahfidz 1 tahun. Resep jitu tersebut merupakan adopsi dari metode yang telah dikembangkan oleh Syaikh Dr. Abdul Muhsin Muhammad Al-Qasim, salah seorang Imam dan Khatib di Masjid Nabawi.
    Ketika akan menghafal Surat al-Jumuah, ayat pertama, kedua sampai keempat, masing-masing dibaca sebanyak 20 kali. Lalu, keempat ayat tersebut dibaca semuanya sebanyak 20 kali. Selanjutnya, ayat kelima, keenam sampai delapan dibaca sebanyak 20 kali. Begitu seterusnya, sampai bisa menghafal keseluruhan ayat dalam satu surat.
    Sebelum santri menambah hafalan baru, ia harus mengulang hafalan lamanya, dari ayat pertama hingga ayat terakhir sebanyak 20 kali. Santri dilarang keras menambah hafalan baru, sebelum mengulang hafalan yang lama, agar hafalannya tetap kokoh dalam ingatan. Kalau santri baru mengulang setelah hafal seluruh ayat al-Qur’an, sudah bisa dipastikan ia akan kehilangan sebagian besar hafalannya
    Agar keseluruhan hafalan tetap kokoh, eLKID memiliki metode khusus. Setiap santri harus membagi al-Qur`an menjadi tiga bagian. Tiap bagian terdiri dari 10 juz. Kalau santri menghafal satu halaman dalam sehari, maka ia harus mengulangi empat halaman yang telah dihafal sebelumnya, hingga menyelesaikan 10 juz.
    Jika telah berhasil menyelesaikan 10 juz, maka ia diwajibkan untuk mengulangi (muraja’ah) hafalan tersebut selama satu bulan penuh, tanpa menambah hafalan baru. Caranya, santri harus mengulang sebanyak 8 halaman tiap harinya, sampai selesai 10 juz, selama sebulan penuh.
    Setelah itu, santri baru mulai menghafal kembali sebanyak satu atau dua lembar sesuai dengan kemampuan, sambil mengulangi sebanyak 8 halaman tiap harinya, hingga bisa menyelesaikan 20 juz. Jika telah berhasil menghafal 20 juz, maka ia diwajibkan untuk mengulangi hafalan tersebut selama 2 bulan penuh. Caranya, santri harus mengulang sebanyak 8 halaman tiap harinya, sampai selesai 20 juz, selama dua bulan penuh.
    Selesai itu, santri baru mulai menghafal kembali sebanyak satu atau dua lembar sesuai dengan kemampuan, sambil mengulangi sebanyak 8 halaman tiap harinya, hingga menyelesaikan seluruh al-Qur’an. Jika telah berhasil menghafal semua ayat al-Qur’an, maka ia diwajibkan untuk mengulang 10 juz pertama selama satu bulan. Caranya, ia harus mengulang sebanyak setengah juz tiap harinya.
    Kemudian, pindah ke 10 juz kedua di bulan berikutnya. Caranya, ia harus mengulang setengah juz, dan ditambah 8 halaman dari 10 juz pertama tiap harinya. Terakhir, pindah ke 10 juz ketiga di bulan berikutnya.
    Caranya, santri harus mengulang setengah juz, ditambah 8 halaman dari 10 juz pertama, dan 8 halaman dari 10 juz kedua tiap harinya. Dengan begitu, maka hafalan santri akan tetap kokoh dalam ingatan.

    Ijazah Sanad
    Untuk memperoleh sanad yang langsung menyambung ke Rasulullah, para santri tidak perlu ke Timur Tengah, karena eLKID telah bekerjasama dengan Direktur Umum Badan Internasional Penghafal al-Qur’an (Hai’ah al-Alamiyah Li Tahfidzil Qur’an al-Karim), Syaikh Dr. Abdullah Ali Basyfar, yang membawahi 63 negara. “Kita yang ditunjuk menjadi perwakilan di Indonesia,” terang Didik.
    Guru sanad di pesantren eLKID termasuk yang paling tinggi di Indonesia, karena hanya berjarak 28 tingkatan dengan Rasulullah SAW. Sedangkan sanad di beberapa pesantren tahfidz yang lain, biasanya berjarak antara 32 sampai 38 tingkatan dengan Rasulullah SAW.
    Sebenarnya, program sanad ini terbuka untuk umum, namun hanya dibatasi untuk 10 orang yang lolos kualifikasi. Selama mengikuti program sanad, mereka harus siap tinggal di pesantren selama tiga bulan, dan memiliki standar hafalan al-Qur’an yang tinggi.
    Meskipun tidak harus pergi ke luar negeri, para santri harus sungguh-sungguh memahami Islam. Karena, sanad al-Qur’an tidak hanya diberikan kepada orang yang hafal semata, tapi juga kepada orang yang memahami ilmu syariah dengan benar. (Salim/Muhajir/MG)

    2 komentar:

    1. Anonymous said...:

      asslamu'alaikum...
      ustadz afwan ana mau nanya, saya ingin masuk pesantren tahfiz di elkid tpi saya hanya ingin menghafal alqur'an selama 1 thn... dan thun berikutnya tidak lagi boleh tidak ust? karena saya sdang ngambil cuti kuliah 1 thn..

      ana niat lillah insya Allah... karena ingin menjadi baagian dari sahabat Al-qur'an..
      syukron usta...

    1. NRA said...:

      :'| semoga saya juga bisa, insya Allah, pasti bisa. Saya cemburu sekali melihat saudara2 yang sudah menghafal al Qur'an. Semoga Allah memberikan keberkahan pada ilmu dan hafalannya aamiin, do'a kan saya biar bisa menyusul ya akhi wa ukhti