• Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit
  • Di Balik Perjalanan Menuju Baitullah

    Monday, October 3, 2011
    Di Balik Perjalanan Menuju Baitullah
    Mekkah (MCH)–Banyak hikmah yang dapat diambil dari perjalanan haji 1432 H/2011. Mulai dari pelajaran serius yang dapat diambil dari sekian peninggalan sejarah penyebaran Islam di Makkah dan Madinah hingga cerita-cerita ringan.
    Rabu pukul 10.00 WIB, sebanyak 140 Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten. Beberapa waktu kemudian, kami masuk bandara. Ada kejadian menarik saat melalui apron kedua. Tas seorang kawan harus diperiksa petugas. Menurut petugas, di layar komputer terlihat, di dalam tas tersebut terdetek ada botol cairan. Setelah dibuka, tidak apa-apa. Hanya beberapa pakaian, sandal, dan barang nonbasah lainnya. Saya dan kawan-kawan pun melanjutkan ke ruang tunggu take off bandara. Tepat puku 12.00 WIB, pesawat Garuda Indonesia yang membawa PPIH yang bertugas di Makkah dan para penumpang lainnya take off dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten.
    Selama terbang, ada beberapa kejadian menarik. Setelah nasi dibagikan oleh dua pramugari di lantai atas pesawat (sebagian penumpang duduk di lantai atas, sebagian lagi, termasuk kelas bisnis, di seat bawah), para penumpang menyantapnya. Setelah kelar, ada seorang kawan yang memanggil pramugari dan minta satu kotak nasi lagi.”Mbak, masih ada nasi?,” tanya seorang kawan.”Nanti saya lihat dulu ya Pak,” jawab pramugari asal Bandung tersebut.

    Beberapa menit kemudian, pramugari tersebut membawa satu kotak nasi. Setelah menghabiskan dua kotak, pramugari tadi lewat dan mengambil bungkus kotak nasi. “Sudah kenyang ya Pak?,” tanya pramugari berambut pendek itu.”Lumayan,” jawab pria paro baya tersebut. “Lumayan?” susul pramugari itu dengan nada heran.
    Tak hanya sampai di situ, para penumpang juga diberi fasilitas kaus kaki dan penutup mata agar merasa hangat dan bisa istirahat dengan nyaman. Awalnya seorang kawan membuka bingkisan yang dikasih pramugari. Dikira, kain yang dilipat rapi itu adalah sapu tangan. Tanpa pikir panjang, dia menggunakannya untuk mengusap muka. Baru separo mengusap muka, dia bersungut-sungut sembari ngomel.”Sialan, ternyata kaus kaki. Saya kira sapu tangan,” ujar pria yang mengaku sering pergi ke luar negeri tersebut.
    Setelah menempuh perjalanan sekitar 8 jam via udara, pesawat komersial itu mendarat di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi. Waktu menunjukkan pukul 17.00 waktu setempat. Waktu Jeddah 4 jam lebih lambat dari Jakarta. Cuaca sore itu cerah.
    Setelah melalui proses imigrasi, sekitar pukul 21.00 waktu setempat, 3 bus yang membawa PPIH melaju menuju Madinah. Meski bertugas di Makkah, agendanya memang menuju ke Madinah lebih dulu. Perjalanan Jeddah ke Madinah memakan waktu 7 jaman. Malam itu bus melaju lumayan kencang. Jalan yang dilalui sangat lengang. Kendaraan yang melintas malam itu relatif sangat sedikit. Kiri-kanan jalan raya masih sangat jarang ditemui perumahan atau pertokoan. Hanya di beberapa titik saja keramaian yang dilalui. Selebihnya, hanya bisa menyaksikan hamparan padang pasir dan perbukitan.
    Di Madinah, menginap dua malam. Memang, belum bisa melaksanakan salat jamaah Arbain . Salat jamaah Arbain adalah salat jamaah lima waktu secara berjamaah di Masjid Nabawi sebanyak empat puluh waktu salat. Untuk mendapatkan itu butuh waktu 8 hari. Hanya dapat berjamaah 6 waktu, dari subuh ke subuh. Sebab, Jumat pagi melanjutkan perjalanan, berziarah ke sejumlah tempat bersejarah kemudian menuju Makkah untuk melaksanakan umrah. Namun, harus tetap bersyukur, setidaknya dapat pahala salat di Masjid Nabawi. Salat di Masjidil Haram pahalanya 100 ribu kelipatan, sedangkan di Masjid Nabawi , Madinah, pahalanya 1000 kali kelipatan.
    Di dalam Masjid Nabawi terdapat makam Rasulullah dan dua sahabatnya, Abu Bakar Shidiq, dan Umar ibnu Khattab. Ada juga Raudlah, ruang di antara mimbar dan kamar Rasulullah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, di antara rumah dan mimbarku adalah taman dari taman-taman surga, dan mimbarku di atas telagaku (shahih al Bukhori, Kitab Fadlail al Madinah, 29:1888).
    Meski musim haji sudah mulai, saat itu Masjid Nabawi belum terlihat penuh oleh jamaah saat salat lima waktu, apalagi sesak. Namun, keramaian mulai tampak, khususnya pada Kamis malam. Sejumlah rombongan dari sejumlah negara sudah mulai berdatangan. Di antaranya dari Malaysia dan Turki, tentunya selain dari PPIH. “Para calon jamaah haji dari Malaysia sudah ada yang datang,” ujar Kepala Sektor Khusus Masjid Nabawi Hendra Wirawan saat berbincang santai di depan salah satu pintu Masjid Nabawi. Sektor Khusus ini merupakan bagian dari Daerah Kerja Madinah yang dibentuk di antaranya untuk melayani para calon jamaah haji Indonesia. Rombongan dari Malaysia terlihat dari tas kecil yang dikenakan yang ada bendera Malaysianya. Sedangkan dari Turki, mengenakan seragam yang di bagian saku ada bendera Turki. (m. izzul mutho/bersambung)
    Sumber

    0 komentar: