Mekkah (MCH)–Banyak hikmah yang dapat diambil dari perjalanan haji
1432 H/2011. Mulai dari pelajaran serius yang dapat diambil dari sekian
peninggalan sejarah penyebaran Islam di Makkah dan Madinah hingga
cerita-cerita ringan.
Rabu pukul 10.00
WIB, sebanyak 140 Petugas Penyelenggara
Ibadah Haji (PPIH) tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng,
Tangerang, Banten. Beberapa waktu kemudian, kami masuk bandara. Ada
kejadian menarik saat melalui apron kedua. Tas seorang kawan harus
diperiksa petugas. Menurut petugas, di layar komputer terlihat, di dalam
tas tersebut terdetek ada botol cairan. Setelah dibuka, tidak apa-apa.
Hanya beberapa pakaian, sandal, dan barang nonbasah lainnya. Saya dan
kawan-kawan pun melanjutkan ke ruang tunggu take off bandara. Tepat puku
12.00
WIB, pesawat Garuda Indonesia yang membawa
PPIH yang bertugas di Makkah dan para penumpang lainnya take off dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten.
Selama terbang, ada beberapa kejadian menarik. Setelah nasi dibagikan
oleh dua pramugari di lantai atas pesawat (sebagian penumpang duduk di
lantai atas, sebagian lagi, termasuk kelas bisnis, di seat bawah), para
penumpang menyantapnya. Setelah kelar, ada seorang kawan yang memanggil
pramugari dan minta satu kotak nasi lagi.”Mbak, masih ada nasi?,” tanya
seorang kawan.”Nanti saya lihat dulu ya Pak,” jawab pramugari asal
Bandung tersebut.
Beberapa menit kemudian, pramugari tersebut membawa satu kotak nasi.
Setelah menghabiskan dua kotak, pramugari tadi lewat dan mengambil
bungkus kotak nasi. “Sudah kenyang ya Pak?,” tanya pramugari berambut
pendek itu.”Lumayan,” jawab pria paro baya tersebut. “Lumayan?” susul
pramugari itu dengan nada heran.
Tak hanya sampai di situ, para penumpang juga diberi fasilitas kaus
kaki dan penutup mata agar merasa hangat dan bisa istirahat dengan
nyaman. Awalnya seorang kawan membuka bingkisan yang dikasih pramugari.
Dikira, kain yang dilipat rapi itu adalah sapu tangan. Tanpa pikir
panjang, dia menggunakannya untuk mengusap muka. Baru separo mengusap
muka, dia bersungut-sungut sembari ngomel.”Sialan, ternyata kaus kaki.
Saya kira sapu tangan,” ujar pria yang mengaku sering pergi ke luar
negeri tersebut.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 8 jam via udara, pesawat
komersial itu mendarat di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi.
Waktu menunjukkan pukul 17.00 waktu setempat. Waktu Jeddah 4 jam lebih
lambat dari Jakarta. Cuaca sore itu cerah.
Setelah melalui proses imigrasi, sekitar pukul 21.00 waktu setempat, 3 bus yang membawa
PPIH melaju
menuju Madinah. Meski bertugas di Makkah, agendanya memang menuju ke
Madinah lebih dulu. Perjalanan Jeddah ke Madinah memakan waktu 7 jaman.
Malam itu bus melaju lumayan kencang. Jalan yang dilalui sangat lengang.
Kendaraan yang melintas malam itu relatif sangat sedikit. Kiri-kanan
jalan raya masih sangat jarang ditemui perumahan atau pertokoan. Hanya
di beberapa titik saja keramaian yang dilalui. Selebihnya, hanya bisa
menyaksikan hamparan padang pasir dan perbukitan.
Di Madinah, menginap dua malam. Memang, belum bisa melaksanakan salat
jamaah Arbain . Salat jamaah Arbain adalah salat jamaah lima waktu
secara berjamaah di Masjid Nabawi sebanyak empat puluh waktu salat.
Untuk mendapatkan itu butuh waktu 8 hari. Hanya dapat berjamaah 6
waktu, dari subuh ke subuh. Sebab, Jumat pagi melanjutkan perjalanan,
berziarah ke sejumlah tempat bersejarah kemudian menuju Makkah untuk
melaksanakan umrah. Namun, harus tetap bersyukur, setidaknya dapat
pahala salat di Masjid Nabawi. Salat di Masjidil Haram pahalanya 100
ribu kelipatan, sedangkan di Masjid Nabawi , Madinah, pahalanya 1000
kali kelipatan.
Di dalam Masjid Nabawi terdapat makam Rasulullah dan dua sahabatnya, Abu
Bakar Shidiq, dan Umar ibnu Khattab. Ada juga Raudlah, ruang di antara
mimbar dan kamar Rasulullah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu
Hurairah, Rasulullah bersabda, di antara rumah dan mimbarku adalah taman
dari taman-taman surga, dan mimbarku di atas telagaku (shahih al
Bukhori, Kitab Fadlail al Madinah, 29:1888).
Meski musim haji sudah mulai, saat itu Masjid Nabawi belum terlihat
penuh oleh jamaah saat salat lima waktu, apalagi sesak. Namun, keramaian
mulai tampak, khususnya pada Kamis malam. Sejumlah rombongan dari
sejumlah negara sudah mulai berdatangan. Di antaranya dari Malaysia dan
Turki, tentunya selain dari
PPIH. “Para calon jamaah haji
dari Malaysia sudah ada yang datang,” ujar Kepala Sektor Khusus Masjid
Nabawi Hendra Wirawan saat berbincang santai di depan salah satu pintu
Masjid Nabawi. Sektor Khusus ini merupakan bagian dari Daerah Kerja
Madinah yang dibentuk di antaranya untuk melayani para calon jamaah
haji Indonesia. Rombongan dari Malaysia terlihat dari tas kecil yang
dikenakan yang ada bendera Malaysianya. Sedangkan dari Turki, mengenakan
seragam yang di bagian saku ada bendera Turki. (m. izzul
mutho/bersambung)
0 komentar:
Post a Comment