• Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit
  • Fenomena Bid’ah di Bulan Rajab

    Friday, October 26, 2012

    Memang benar, keutamaan bulan dalam (kalender hijriyah) itu bertingkat-tingkat,
    begitu juga hari-harinya. Misalnya bulan Romadhon lebih utama dari semua bulan,
    hari Jum'at lebih utama dari semua hari, malam Lailatul Qodar lebih utama dari semua
    malam dan lain sebagainya.
    Namun, harus kita fahami bersama bahwa timbangan keutamaan tersebut hanyalah
    syari'at, yakni Al-Qur'an dan hadits yang shohih, bukan hadits-hadits dho'if dan
    maudhu' (lemah dan palsu).
    Diantara bulan Islam yang ditetapkan kemuliaannya dalam Al-Qur'an dan sunnah
    adalah bulan Rojab. Namun sungguh sangat disesalkan beredarnya riwayat-riwayat
    yang dho'if dan palsu seputar bulan Rojab serta amalan-amalan khusus di bulan Rojab
    di tengah masyarakat kita, sehingga digunakan senjata oleh para pecandu bid'ah dalam
    mempromosikan kebid'ahan-kebid'ahan ala jahiliyyah di muka bumi ini.
    Dari sinilah, terasa pentingnya penjelasan secara ringkas tentang pembahasan seputar
    bulan Rojab dan amalan-amalan manusia yang menodainya dengan riwayat-riwayat
    yang lemah dan palsu.
    Rojab, Definisi dan Keutamaannya
    Rojab secara bahasa diambil dari kata "Rojaba ar-rajulu rajaban", artinya
    mengagungkan dan memuliakan. Rojab adalah sebuah bulan. Dinamakan dengan Rojab
    dikarenakan mereka dulu sangat mengagungkannya pada masa jahiliyah yaitu dengan
    tidak menghalalkan perang di bulan tersebut. 1
    Disalin dari majalah Al-Furqon Edisi 12 Th. I 1423H hal 9 - 13.
    1Lihat Al-Qomus Muhith 1 / 74 dan Lisanul Arob 1 / 411, 422.
    1
    Tentang keutamaannya, Alloh telah ber rman,
    Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Alloh adalah dua belas bulan,
    dalam ketetapan Alloh di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
    antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus,
    maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat
    itu. (QS At-Taubah: 36).
    Imam At-Thobari berkata,
    Bulan itu ada dua belas, empat diantaranya merupakan bulan harom (mulia),
    dimana orang-orang jahiliyah dahulu mengagungkan dan memuliakannya.
    Mereka mengharomkan peperangan pada bulan tersebut hingga seandainya
    ada seseorang bertemu dengan pembunuh bapaknya, dia tidak akan
    menyerangnya.
    Bulan empat itu adalah Rojab Mudhor, dan tiga bulan berurutan:
    Dzulqo'dah, Dzulhijjah dan Muharrom. Demikianlah yang dinyatakan dalam
    hadits-hadits Rasulullah. 2
    Imam Bukhori meriwayatkan dalam Shohihnya (4662) dari Abu Bakroh bahwasanya
    Nabi bersabda,
    Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana keadaannya tatkala Alloh
    menciptakan langit dan bumi, setahun ada dua belas bulan diantaranya
    terdapat empat bulan harom, tiga bulan berurutan yaitu Dzulqo'dah,
    Dzulhijjah, Muharrom dan Rojab Mudhor yang terletak antara Jumadil
    (akhir) dan Sya'ban.

    Di antara dalil yang menunjukkan bahwa bulan Rojab sangat diagungkan oleh manusia
    pada masa jahiliyah adalah riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (2 / 345)
    dari Khorosyah bin Hurr, ia berkata,
    Saya melihat Umar memukul tangan-tangan manusia pada bulan Rojab
    agar mereka meletakkan tangan mereka di piring, kemudian beliau (Umar)
    mengatakan,
    Makanlah oleh kalian, karena sesungguhnya Rojab adalah bulan
    yang diagungkan oleh orang-orang Jahiliyah. 3
    2Lihat Jami'ul Bayan 10 / 124 - 125.
    3Atsar shohih, dishohihkan oleh Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawa 25 / 291 dan Al-Albani dalam
    Irwa'ul Ghalil no. 957.
    2
    A. Riwayat Seputar Rajab
    Al-Ha zh Ibnu Hajar berkata, dalam kitabnya Tabyin 'Ajab Bima Waroda Fi Rojab
    (6):
    Tidak ada hadits shohih yang dapat dijadikan hujjah seputar amalan khusus
    di bulan Rojab, baik puasa maupun sholat malam dan sejenisnya. Dan dalam
    menegaskan hal ini, aku telah didahului oleh Al-Imam Abu Isma'il Al-Harowi
    Al-ha dz. Kami meriwayatkan darinya dengan sanad shohih, demikian pula
    kami meriwayatkan dari selainnya.
    Al-Ha zh Ibnu Hajar juga berkata,
    Hadits-hadits yang datang secara jelas seputar keutamaan Rojab atau puasa
    di bulan Rojab terbagi menjadi dua, dho'if (lemah) dan maudhu' (palsu).
    Al-Ha zh telah mengumpulkan hadits-hadits seputar Rojab, maka beliau mendapatkan
    sebelas hadits berderajat dho'if dan dua puluh satu hadits berderajat maudhu'. Berikut
    ini kami nukilkan sebagian hadits-hadits dho'if dan maudhu' tersebut:
    Sesungguhnya di Surga ada sebuah sungai yang dinamakan "Rojab",
    warnanya lebih putih dari susu dan rasanya lebih manis dari madu.
    Barangsiapa berpuasa satu hari di bulan Rojab, niscaya Allah akan
    memberinya minum dari sungai tersebut. (Hadits dho'if / lemah)
    Rasulullah apabila memasuki bulan Rojab, beliau berdo'a, "Ya Allah,
    berkahilah kami pada bulan Rojab dan Sya'ban dan pertemukanlah kami
    dengan Romadhon." (Hadits dho'if / lemah)
    Bulan Rojab adalah milik Alloh, Sya'ban adalah bulanku dan Romadhon
    adalah bulan umatku. (Hadits maudhu' / palsu)
    Keutamaan bulan Rojab dibandingkan semua bulan seperti keutamaan Al-
    Qur'an terhadap semua dzikir. (Hadits maudhu' / palsu)
    Barangsiapa berpuasa pada bulan Rojab dan sholat empat rokaat pada
    bulan tersebut,... niscaya dia tidak menginggal dunia hingga melihat tempat
    tinggalnya di Surga, atau diperlihatkan untuknya (Hadits maudhu' /
    palsu)
    Itulah sedikit contoh dari hadits-hadits dho'if dan maudhu' seputar bulan Rojab.
    Sengaja kami nukil secara ringkas karena maksud kami hanya untuk dapat memberikan
    syara'at dan perhatian saja, bukan membahas secara detail dan terperinci.
    3
    B. Sholat Roghoib
    Sholat Roghoib adalah sholat yang dilaksanakan pada malam Jum'at pertama bulan
    Rojab, tepatnya antara sholat maghrib dan isya' dengan didahului puasa hari Kamis,
    dikerjakan dengan dua belas rakaat. Pada setiap rakaat membaca surat Al-Fatihah
    sekali, surat Al-Qodar tiga kali dan surat Al-Ikhlas dua belas kali... dan seterusnya.
    Sifat sholat seperti di atas tadi didukung oleh sebuah riwayat oleh sahabat Anas
    bin Malik yang dibawakan secara panjang oleh Imam Ghozali (bukan Moh Ghozzali
    Al-Mishri) dalam Ihya' Ulumuddin (1 / 203) dan beliau menamainya dengan "Sholat
    Rojab" seraya berkata "ini adalah sholat yang disunnahkan"!!!
    Demikianlah perkataannya -semoga Allah mengampuninya- padahal para pakar ahli
    hadits telah bersepakat dalam satu kata bahwa hadits-hadits tentang "Sholat Roghoib"
    adalah Maudhu' (palsu). Di bawah ini, penulis nukilkan sebagian komentar ulama' ahli
    hadits tentangnya:
    1. Imam Ibnu Jauzy berkata:
    Hadits sholat Roghoib adalah palsu, didustakan atas nama Rasulullah.
    Para ulama mengatakan bahwa hadits ini dibikin oleh seseorang yang
    bernama Ibnu Juhaim. Dan saya mendengar syaikh (guru) kami Abdul
    Wahhab Al-Ha zh mengatakan,
    Para perowinya majhul (tidak dikenal), saya telah memeriksa
    seluruhnya dalam setiap kitab, namun saya tidak mendapatkan-
    nya. 4
    2. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:
    Sholat Roghoib adalah bid'ah menurut kesepakatan para imam agama,
    tidak disunnahkan oleh Rasulullah, tidak pula oleh seorangpun dari
    khalifahnya serta tidak dianggap baik oleh para ulama panutan, seperti
    Imam Malik, Sya 'i, Ahmad, Abu Hanifah, Sufyan Ats-Tsauri, Auza'i,
    Laits dan sebagainya. Adapun hadits tentang sholat Roghoib tersebut
    adalah hadits dusta, menurut kesepakatan para pakar ahli hadits. 5
    3. Imam Dzahabi berkata tatkala mebceritakan biogra imam Ibnu Sholah:
    4Al-Maudhu'at (2 / 124 - 125).
    5Majmu' Fatawa (23 / 134)
    4
    Beliau (Ibnu Sholah) tergelincir dalam masalah sholat Roghoib, beliau
    menguatkan dan mendukungnya padahal kebatilan hadits tersebut tidak
    diragukan lagi. 6
    4. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata:
    Demikian pla hadits-hadits tentang sholat Roghoib pada awal malam
    Jum'at bulan Rojab, seluruhnya dusta, dibuat-buat atas nama
    Rasulullah. 7
    5. Al-Ha dz Al-'Iroqi berkata: "hadits maudhu' (palsu)." 8
    6. Al-Allamah Asy-Syaukani berkata:
    Maudhu', karena para perowinya majhul. Dan inilah sholat Roghoib
    yang masyhur, para pakar telah bersepakat bahwa hadits tersebut
    maudhu', kepalsuannya tidak diragukan lagi, hingga orang yang baru
    dalam ilmu hadits sekalipun... Berkata Al-Fairuz Abadi dalam Al-
    Mukhtashor bahwa hadits tersebut maudhu' menurut kesepakatan,
    demikian pula dikatakan oleh Al-Maqdisi. 9
    Apabila telah jelas derajat Sholat Roghoib sebagaimana di atas, maka mengerjakannya
    merupakan kebid'ahan dalam agama, yang harus diwaspadai oleh setiap insan yang
    hendak meraih kebahagiaan.
    Untuk menguatkan kebid'ahan sholat Roghoib ini, penulis nukilkan perkataan dua
    imam masyhur di kalangan madzhab Sya 'i yaitu Imam Nawawi dan Imam Suyuthi -
    semoga Allah merahmati keduanya.
    Imam Nawawi berkata,
    Sholat yang dikenal dengan Sholat Roghoib, dua belas rakaat antara
    Maghrib dan Isya' awal malam Jum'at bulan Rojab dan sholat Nisfu
    Sya'ban seratus rakaat, termasuk bid'ah mungkar dan jelek. Janganlah
    tertipu dengan disebutkannya kedua sholat tersebut dalam Qutul Qulub
    dan Ihya' Ulumuddin (karya Al-Ghozali) dan jangan tertipu [ula oleh hadits
    6Siyar A'lam Nubala' (23 / 142 - 143)
    7Al-Manar Munir (no. 167)
    8Takhrij Ihya' (1 / 203)
    9Al-Fawaidul Majmu'ah (47 - 48)
    5
    yang termaktub pada kedua kitab tersebut. Sebab, seluruhnya merupakan
    kebatilan. 10
    Imam Suyuthi berkata,
    Ketahuilah -semoga Allah merahmatimu- bahwa mengagungkan hari dan
    malam ini (Rojab) merupakan perkara yang diada-adakan dalam Islam, yang
    bermula setelah 400H.
    Memang ada riwayat yang mendukungnya, namun haditsnya maudhu'
    (palsu) dengan kesepakatan para ulama', riwayat tersebut intinya tentang
    keutamaan puasa dan sholat pada bulan Rojab yang dinamai dengan Sholat
    Roghoib.
    Menurut para pakar, dilarang mengkhususkan bulan ini (Rojab) dengan
    puasa dan sholat bid'ah (sholat Roghoib) serta segala jenis pengagungan
    terhadap bulan ini seperti membuat makanan, menampakkan perhiasan dan
    sejenisnya. Supaya bulan ini tidak ada bedanya seperti bulan-bulan lainnya.
    11
    Kesimpulannya, riwayat tentang Sholat Roghoib adalah maudhu' (palsu) dengan
    kesepakatan para pakar ahli hadits. Oleh karena itu, beribadah dengan hadits palsu
    merupakan kebid'ahan dalam agama, apalagi sholat Roghoib ini baru dikenal mulai
    tahun 448H.
    C. Perayaan Isra’ Mi’raj
    Setiap tanggal 27 Rojab, perayaan Isro' Mi'roj sudah merupakan sesuatu yang tidak
    dapat terlupakan di masyarakat kita sekarang. Bahkan, hari tersebut menjadi hari libur
    nasional. Oleh karena itu, mari kita mempelajari masalah ini dari dua tinjauan.
    1. Tinjauan Sejarah Munculnya Perayaan Isro' Mi'roj
    Dalam tinjauan sejarah waktu terjadinya Isro' Mi'roj masih diperdebatkan oleh
    para ulama. Jangankan tanggalnya, bulannya saja masih diperselisihkan hingga
    kini. Al-ha zh Ibnu Hajar Al-Atsqolani memaparkan perselisihan tersebut dalam
    kitabnya, Fathul Bari (7 / 203) hingga mencapai lebih dari sepuluh pendapat!
    10Al-Majmu' Syarh Muhadzab (3 / 549)
    11Al-Amru Bil Ittiba' hal. 166 - 167.
    6
    Ada yang berpendapat bahwa Isro' Mi'roj terjadi pada bulan Romadhon, Syawal,
    Robi'ul Awal, Robi'ul Akhir ... dan seterusnya.
    Al-Imam Ibnu Katsir menyebutkan dari Zuhri dan 'Urwah bahwa Isro' Mi'roj
    terjadi setahun sebelum keluarnya Nabi ke kota Madinah yaitu bulan Robi'ul Awal,
    adapun pendapat Suddi, waktunya adalah enam belas bulan sebelum hijroh, yaitu
    bulan Dzulqo'dah.
    Al-Ha dz Abful Ghoni bin Surur Al-Maqdisi membawakan dalam sirohnya hadits
    yang tidak shohih sanadnya tentang waktu isro' mi'roj pada tanggal 27 Rojab.
    Dan sebagian manusia menyangka bahwa isro' mi'roj terjadi pada hari Jum'at
    pertama bulan Rojab, yaitu malam Roghoib yang ditunaikan pada waktu tersebut
    sebuah sholat masyhur, tetapi tidak ada asalnya. 12
    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, -sebagaimana dinukil oleh muridnya, Ibnul
    Qayyim Al-Jauziyah-,
    Tidak ada dalil shohih yang menetapkan bulan maupun tanggalnya, seluruh
    nukilan tersebut munqothi' (terputus) dan berbeda-beda. 13
    Bahkan Imam Abu Syamah menegaskan,
    Sebagian tukang cerita menyebutkan bahwa Isro' Mi'roj terjadi pada bulan Rojab,
    hal itu menurut ahli hadits merupakan kedustaan yang amat nyata. 14
    Dari perkataan para ulama' di atas dapat disimpulkan bahwa Isro' Mi'roj
    merupakan malam yang agung, namun tidak diketahui waktunya. Agar pembaca
    memahami masalah ini, dengan mudah saya katakan,
    Ada sebagian ibadah yang berkaitan erat dengan waktu, kita tidak boleh
    melangkahinya seperti sholat lima waktu. Ada sebagian ibadah lainnya, Allah
    menyembunyikan waktunya dan memerintahkan kepada kita untuk berlomba-
    lomba mencarinya seperti malam Lailatul Qodar. Dan sebagian waktu yang mulia
    derajatnya di sisi Allah dan tidak ada ibadah khusus (seperti sholat dan puasa)
    untuknya, oleh karena itu Allah menyembunyikan waktunya, seperti malam Isro'
    Mi'roj. 15
    2. Tinjauan Syari'at
    12Al-Bidayah Wa Nihayah (3 / 108 - 109)
    13Zadul Ma'ad (1 / 57)
    14Al-Baaits, hal. 171.
    15Lihat majalah At-Tauhid, Mesir, hal. 9 edisi 7 th. 28, Rojab 1420H.
    7
    Ditinjau dari segi syari'at, kalau toh memang benar bahwa Isro' Mi'roj terjadi
    pada 27 Rojab, namun kalau kemudian waktu tersebut dijadikan sebagai
    malam perayaan dengan pembacaan kisah-kisah palsu tentang Isro' Mi'roj, maka
    seseorang yang tidak mengikuti hawa nafsunya, tidak akan ragu bahwa hal tersebut
    termasuk perkara bid'ah dalam Islam. Sebab, perayaan tersebut tidaklah dikenal
    di masa sahabat, tabi'in dan para pengikut setia mereka.
    Islam hanya memiliki tiga hari raya; yakni Idhul Fitri, Idhul Adha setiap satu
    tahun, dan hari Jum'at setiap satu minggu. Selain tiga ini, tidak termasuk agama
    Islam secuilpun. 16
    Ibnu Hajj berkata, "Termasuk perkara bid'ah yang diada-adakan oleh orang-orang
    pada malam 27 Rojab adalah ..." Kemudian beliau menyebutkan beberapa contoh
    bid'ah pada malam tersebut seperti kumpul-kumpul di masjid, ikhthilath (campur
    baur antara laki-laki dengan perempuan), menyalakan lilin dan pelita; beliau juga
    menyebutkan perayaan malam Isro' Mi'roj termasuk perayaan yang dinasabkan
    kepada agama, padahal bukan darinya. 17
    Ibnu Nuhas berkata,
    Sesungguhnya perayaan malam ini (Isro' Mi'roj) merupakan kebid'ahan
    besar dalam agama yang diada-adakan oleh saudara-saudara syetan. 18
    Penulis kitab As-Sunan wal Mubtada'at, Muhammad bin Ahmad As Sya 'i (murid
    Syaikh Rosyid Ridho) hal 127 menegaskan,
    Pembacaan kisah Mi'roj dan perayaan malam 27 Rojab merupakan
    perkara bid'ah... Dan kisah Mi'roj yang disandarkan kepada Ibnu Abbas,
    seluruhnya adalah kebatilan dan kesesatan. Tidak ada yang shohih
    kecuali beberapa huruf saja.
    Demikian pula dengan kisah Ibnu Shulthon, seorang penghambur yang
    tidak pernah sholat kecuali di bulan Rojab saja, namun tatkala hendak
    meninggal dunia, terlihat padanya tanda-tanda kebaikan sehingga ketika
    Rasulullah ditanya perihalnya, beliau menjawab,
    16Lihat At-Tamassuk bis Sunnah Nabawiyah (33 - 34) oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-
    Utsaimin.
    17Al-Madkhol: 1 / 294 - 298 dinukil dari Al-Bida' Al-Hauliyah hal. 275 - 276 oleh Syaikh Abdullah
    bin Abdul Aziz At-Tuwaijiri.
    18Tanbih Al-Gho lin, (379 - 380)
    8
    Sesungguhnya dia telah bersungguh-sungguh dan berdo'a pada
    bulan Rojab.
    Semua ini merupakan kedustaan dan kebohongan. haram hukumnya membacakan
    dan melariskan riwayatnya kecuali untuk menjelaskan kedustaannya. Sungguh
    sangat mengherankan kami, tatkala para jebolan Azhar membacakan kisah-kisah
    palsu seperti ini kepada manusia.
    Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata,
    Malam Isro' Mi'roj tidak diketahui waktu terjadinya. Karena seluruh
    riwayat tentangnya tidak ada yang shohih menurut para pakar ilmu
    hadits. Di sisi Alloh-lah hikmah dibalik semua ini.
    Kalaulah memang diketahui waktunya, tetapi tidak boleh bagi kaum
    muslimin untuk mengkhususkannya dengan ibadah dan perayaan.
    Karena hal itu tidak pernah dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya.
    Seandainya disyari'atkan, pastilah Nabi menjelaskannya kepada umat,
    baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan...
    Kemudian beliau berkata,
    Dengan penjelasan para ulama beserta dalil-dalil dari Al-Qur'an dan
    hadits di atas sudah cukup bagi para pencari kebenaran untuk
    mengingkari bid'ah malam Isro' Mi'roj yang memang bukan dari Islam
    secuilpun...
    Sungguh amat menyedihkan, tatkala bid'ah ini meruyak segala penjuru
    negeri Islam, sehingga diyakini oleh sebagian orang bahwa perayaan
    tersebut merupakan Agama.
    Kita berdo'a kepada Alloh agar memperbaiki keadaan kaum muslimin
    semuanya dan memberi karunia kepada mereka berupa ilmu agama dan
    tau q serta istiqomah di atas kebenaran. 19
    D. Mengkhususkan Puasa di Bulan Rojab
    Termasuk perkara bid'ah di bulan Rojab adalah mengkhususkan puasa bulan Rojab,
    karena tidak ada hadits shohih yang mendukungnya.
    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
    19At-Tahdzir Minal Bida', hal. 9 oleh Syaikh Ibnu Baz.
    9
    Adapun mengkhususkan puasa di bulan Rojab, maka seluruh haditsnya
    adalah lemah dan palsu, ahli ilmu tidak menjadikannya sebagai sandaran
    sedikitpun. 20
    Imam Suyuthi berkata,
    Mengkhususkan bulan Rojab dengan puasa adalah dibenci. Sya 'i berkata,
    Aku membenci bila seseorang menyempurnakan puasa sebulan
    penuh seperti puasa Romadhon, dimikian pula mengkhususkan
    suatu hari di hari-hari lainnya.
    Dan Imam Abdullah Al-Anshori -seorang ulama dari Khurosan- tidak
    berpuasa bulan Rojab bahkan melarangnya seraya berkata,
    Tidak satu hadits pun shohih dari Rosululloh tentang keutamaan
    bulan Rojab dan puasa Rojab.
    Bila dikatakan, Bukankah puasa termasuk ibadah dan kebaikan?" Jawabnya,
    "Benar. Tapi ibadah harus berdasarkan contoh dari Rosululloh. Apabila
    diketahui hadits-nya dusta, berarti tidak termasuk syari'at."
    Bulan Rojab diagung-agungkan oleh Bani Mudhor di masa jahiliyah
    sebagaimana dikatakan Umar bin Khoththob. Bahkan beliau memukul
    tangan orang-orang yang berpuasa di bulan Rojab.
    Demikian pula Ibnu Abbas apabila melihat manusia berpuasa Rojab, beliau
    membencinya seraya berkata, "Berbukalah kalian, sesungguhnya Rojab
    adalah bulan yang diagungkan oleh ahli jahiliyah." 21
    Imam Thurthusi mengatakan -setelah membawakan atsar-atsar di atas,
    Atsar-atsar ini menunjukkan bahwa pengagungan manusia terhadap Rojab
    sekarang ini, merupakan sisa-sisa peninggalan zaman jahiliyah dahulu.
    Kesimpulannya, berpuasa di bulan Rojab adalah dibenci dan apabila seorang
    berpuasa dalam keadaan yang aman, yaitu bila manusia telah mengetahuinya
    20Majmu' Fatawa 25 / 290.
    21Al-Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah 2 / 346. Lihat pula Al-Amru Bil Ittiba', hal. 174 - 176 oleh
    Imam Suyuthi, di tahqiq oleh Syaikh Mashur bin Hasan Salman.
    10
    dan tidak menganggapnya wajib atau sunnah, maka hukumnya tidak apa-
    apa. 22
    Kesimpulan dari perkataan para ulama' di atas: tidak boleh mengkhususkan puasa di
    bulan Rojab sebagai pengagungan terhadapnya. Sedangkan apabila seseorang telah
    bterbiasa / rutin berpuasa sunnah (puasa Daud atau Senin Kamis misalnya, baik
    di bulan Rojab maupun tidak) dan tidak beranggapan sebagaimana anggapan salah
    masyarakat awam sekitarnya, maka ini diperbolehkan.
    E. Sembelihan Rojab
    Termasuk adat Jahiliyah dahulu adalah menyembelih hewan di bulan Rojab
    sebagai pengagungan terhadapnya, disebabkan Rojab merupakan awal bulan harom
    sebagaimana dikatakan Imam Tirmidzi dalam Sunan-nya (4 / 496).
    Tatkala Islam datang, secara tegas telah membatalkan acara sembelihan Rojab serta
    mengharomkannya sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits Rosulullah, diantaranya,
    Dari Abu Huroiroh ia berkata, Rosululloh bersabda, "Tidak ada Faro' dan 'Athiroh."
    23
    Dalam riwayat lainnya dengan lafadz "larangan", Rosululloh melarang dari Faro' dan
    'Athiroh. 24
    Dalam riwayat Imam Ahmad dalam Musnadnya (2 / 229) dengan lafadz, "Tidak ada
    'Athiroh dan Faro' dalam Islam."
    Berkata Abu 'Ubaid -seorang ulama pakar bahasa-,
    'Athiroh adalah sembelihan yang biasa dilakukan di masa jahiliyah pada
    bulan Rojab untuk taqorrub (mendekatkan diri) kepada patung-patung
    mereka. 25
    Abu Daud juga berkata,
    Faro' adalah unta yang disembelih oleh orang-orang jahiliyah yang
    diperuntukkan bagi tuhan-tuhan, kemudian mereka makan, lalu kulitnya
    22Lihat Al-Hawadits Wal Bida', hal. 141 - 142, tahqiq Syaikh Ali Al-Halabi.
    23HR. Bukhori 5473, 5474; Muslim 1976; Abu Dawud 2831; Tirmidzi 1512; Nasa'i 4219 dan
    Ibnu Majah 3168.
    24HR. Nasa'i 4220; Ahmad 2 / 409 dan Al-Isma'ily sebagaimana dalam Fathul Bari 8 / 596.
    25Fathul Bari 8 / 598, oleh Ibnu Hajar.
    11
    dilemparkan ke pohon. Adapun 'Athiroh adalah sembelihan pada sepuluh
    hari pertama bulan Rojab. 26
    26Lihat 'Aunul Ma'bud 7 / 341, 8 / 24 oleh Abu Abdir Rohman Syaroful Haq Azhim Abadi -bukan
    Syamsul Haq Adzim Abadi sebagaimana tertulis dalam sampul kitab.
    12

    0 komentar: